SELAYANG PANDANG / SEJARAH DESA
Berbicara
tentang suatu Desa sudah tentu kita harus berupaya menggali fakta-fakta
sejarah tentang asal-usul suatu Desa. Fakta – fakta tersebut dapat
berupa peninggalan tertulis (lontar, prasasti) maupun cerita/penuturan
dari para saksi sejarah. Berpijak dari kerangka tersebut dalam pemaparan
sejarah Desa Tunjung kami lebih banyak berpedoman dari cerita” Tetua “
sebagai saksi sejarah yang sekaligus sebagai perintis dan tahu
keberadaan / asal usul Desa sehingga sampai disebut dengan Desa Tunjung.
Namun
sebelumnya kita patut bersyukur akan kebesaran Tuhan/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena berkat-Nya lah tercipta segala isi alam semesta ini,
sedangkan kita sebagai manusia hanya mampu memberikan sebuah nama pada
segala yang diciptakan-Nya. Berdasarkan cerita dari para saksi sejarah,
barulah dapat kami paparkan sejarah Desa Tunjung.
Dulu
sebelum bangsa Belanda menguasai Indonesia, keberadaan Desa Tunjung
belum jelas keberadaannya, namun diketahui bahwa Desa Tunjung adalah
merupakan bagian dari Desa Tajun. Diceritakan dulu ada dua penguasa
Kerajaan, yaitu Kerajaan Bangli dan Kerajaan Payangan, dimana pada saat
itu Raja Bangli bermaksud memperluas daerah kekuasaannya serta mengutus
Patih Kerajaan untuk mencari sekutu yang bisa diajak kerjasama yaitu
Raja Payangan dengan tujuan untuk menguasai daerah kekuasaan Kerajaan
Buleleng timur bagian selatan yaitu daerah Desa Tajun. Mendengar
informasi tersebut Raja Buleleng mengutus Maha Patihnya untuk mencari
informasi dan menyelidiki maksud dari Raja Bangli tersebut. Singkat
cerita, dengan memaksa Raja Bangli menyerang dan menguasai daerah Desa
Tajun sehingga ada beberapa penduduk yang mengungsi ke bagian utara
bukit ke daerah Desa Depeha dan Desa Bayad dan menetap disana dengan
membikin pondok (pakubuan). Setelah menguasai daerah kekuasaan Raja
Buleleng ( Desa Tajun ) langsung membikin batas-batas berupa lubang yang
di bawahnya dipasang bambu tajam yang disebut dengan Sungga Puling.
Setelah
beberapa tahun lamanya Raja Agung Bangli menguasai wilayah kerajaan
Buleleng seperti di Desa Tajun, Raja Bangli dan Payangan selanjutnya
melakukan penyerangan dan huru hara ke setiap rumah penduduk Desa Tajun
mengakibatkan penderitaan dan resah warga.
Atas
kejadian tersebut warga yang tinggal di daerah terpencil merasa takut
dan kecewa yang sangat mendalam. Namun dengan peristiwa tersebut membuat
warga marah dan jengah akhirnya berencana mencari jalan keluar untuk
membalas menggempur kerajaan Bangli. Akhirnya dengan gagah berani warga
menyerang pasukan kerajaan bangli yang mengakibatkan pertahanan musuh
porak poranda dan mundur. Melihat pasukannya kocar kacir, pimpinan
pasukan atau senopati yaitu Raden Jumatang sangat marah, lalu bergerak
maju menyerang seorang diri dengan kesaktian yang dimilikinya. Atas
kesaktian Raden Jumatang membuat bingung warga dan sulit melawannya.
Selanjutnya warga mundur dan mencari upaya untuk melawan musuh yang
sakti. Dan dengan rencana yang matang warga berhasil menjebak Raden
Jumatang dan akhirnya Senopati Kerajaan Bangli tersebut berhasil dibunuh
saat itu. Dengan gugurnya Raden Jumatang membuat pasukan kerajaan
Bangli mundur dan kembali ke Bangli.
Atas
berhasilnya pasukan warga mengalahkan musuh akhirnya Raja Buleleng
memberikan hadiah dan sangat memuji keberanian warga tersebut. Warga ada
yang kembali ke tempatnya semula yaitu Desa Tajun dan yang masih
tinggal di tempat yang terpencil akhirnya diberi nama Desa Tunjung.
No comments:
Post a Comment